FONDASI KEISLAMAN
إن
الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا
من يهده الله فهو المهتد, و من يضلله
فلن تجد له وليّا مرشدا, أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا
عبده ورسوله لا نبيَ ولا رسول بعده, اللهم صلّ وسلّم علي محمد, وعلي اله وصحبه ومن
والاه, لا حول ولا قوة الاّ بالله
أوصيكم
ونفسي بتقوى الله فقد فاز المتقون , كما قال الله تعالى فِي كِتَابِ الكَرِيْمِ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ, وَقَالَ
تَعَالى : إِذْ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ هَلْ
يَسْتَطِيعُ رَبُّكَ أَنْ يُنَزِّلَ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ قَالَ
اتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Alhamdulillah, puji
syukur kita, kita haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah mengutus Rosul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang
benar, supaya agama itu ditegakkan dan dimenangkan atas setiap agama yang ada.
Dan cukuplah Allah sebagai saksinya. Sholawat dan salam, kita limpahkan
kepada Nabi besar kita, Muhammad SAW,
yang dengan gagah beraninya memperjuangkan kalimat “ La ilaha illallah “,
supaya kalimat Allah ini menjadi kalimat yang paling tinggi, walau karihal
musyrikun (meskipun hal ini dibenci oleh orang-orang musyrik) walau
karihal kafiirun (meskipun tegaknya islam ini dibenci oleh orang-orang
kafir) walau karihal munafiqun ( meskipun tegaknya Kalimatullah ini
dibenci oleh sebagian orang yang mengaku muslim). Begitu juga kepada
keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya yang masih setia melanjutkan misi
perjuangannya dengan benar sampai hari kiamat. selanjutnya, khatib berwasiat
kepada diri khatib pribadi dan kepada jama’ah sekalian dengan pesan yang selalu
diwasiatkan oleh para Nabi kepada umatnya, yaitu :
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُونَ
bertaqwalah kalian kepada
Allah dengan ketaqwaan yang
benar, dan janganlah kalian meninggal dunia kecuali sebagai orang-orang muslim,
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Pada
kesempatan kali ini, khatib akan menyampaikan sebuah khutbah yang berkenaan
tentang :
مَعْرِفَةُ اَصْلِ
لاِسْلاَمِ
“ MENGENAL FONDASI KEISLAMAMAN “
Ikhwah fillah,
sebagaimana yang telah kita ketahui bahwasanya sebelum seseorang membangun
sebuah bangunan, maka hendaknya yang pertama kali ia bangun adalah fondasinya. Hal ini
sangat penting karna kokok tidaknya sebuah bangunan diantaranya ditentukan oleh kokok tidaknya fondasi bangunan tersebut.
Karena hal itu, Sebelum seorang arsitek membangun gedung pencakar langit yang
menjulang tinggi ke angkasa, maka yang pertama
kali ia bangun adalah fondasinya terlebih dahulu. Dia harus membangun fondasinya dengan benar dan kokoh. Jika
fondasinya kuat, maka bangunannya pun akan kuat, begitu juga sebaliknya, jika
pondasinya rapuh, maka bangunan tersebut bisa dipastikan tidak akan bertahan
lama.
Begitu halnya
dengan Islam. Islam memiliki fondasi sendiri. Sebelum seseorang menegakkan
keislaman pada dirinya, maka hendaknya yang pertama kali
dia
bangun adalah membangun fondasi keislaman. jika
fondasi keislaman seseorang benar dan kuat, maka dia akan menjadi seorang
muslim yang benar dimata Allah yang tahan uji dan tahan banting. Dia akan
menjadi seorang hamba Allah yang memiliki kegigihan dan keistiqomahan yang luar
biasa. Begitu juga sebaliknya, jika fondasi keislaman seseorang tidak benar dan
rapuh, maka keislamannya pun tidak kuat dan tidak akan bertahan lama. Bahkan bisa saja dia malah berbalik kebelakang dan
kandas di tengah jalan. Dan Bisa saja dia malah berpaling dari Islam itu sendiri. Dan tentunya, ia akan menjadi orang yang sangat rugi. Tentang orang semacam ini,
Allah telah menggambarkannya didadam Q.S. al Hajj : 11
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ
اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ
الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
“ dan
di antara manusia ada orang yang mengabdi kepada Allah dengan berada di tepi (
jurang ); Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam Keadaan itu, dan
jika ia ditimpa oleh suatu bencana, maka berbaliklah ia ke belakang. Maka
rugilah ia di dunia dan di akhirat. yang demikian itu adalah kerugian yang nyata “.
Ayat ini menggambarkan perumpamaan orang yang memiliki fondasi
keislaman yang rapuh. Ia membangun fondasi pengabdiannya kepada Allah di tepi
jurang, di tanah yang mudah longsor. Sedangkan ujian dan bencana ibarat hujan
lebat. sehingga ujian/bencana yang datang akan menghantam keyakinannya laksana hujan
lebat yang menghantam bangunan tersebut. Yang menyebabkan bangunan tersebut
hancur karena tanahnya longsor. Ujian, cobaan dan bencana yang datang akan menyebabkan ia berpaling dari
Islam.
Hal ini menujukkan bahwa, fondasi keislaman adalah
hal yang sangat penting bagi siapa saja yang ingin menjadi seorang muslim yang
benar di mata Allah. Fondasi keislaman tersebut sangatlah mutlaq diperlukan.
Lalu
pertanyaannya “ apa fondasi keislaman itu? Dan apa alasannya bahwa
perkara itu disebut sebagai fondasi islam? ”
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Para
ulama’ sepakat bahwa inti ajaran Islam/Fondasi keislaman itu ada dua, yaitu :
1.
Syahadat Tauhid, maksudnya adalah
mendatangkan kalimat “ La ilaha illallah
“, dengan merealisasikan syarat-syarat dan rukun-rukunnya serta komitmen dengan
isi kandungannya. Fondasi pertama ini menuntut seseorang memegang teguh ajaran
tauhid. Fondasi pertama ini diambil dari kalimat “ ashadu an la ila ha
illallah ”.
2.
Syahadat Risalah. Maksudnya adalah mendatangkan
kalimat “ Muhammad Rosulullah “, dengan merealisasikan syarat-syaratnya. Fondasi kedua ini menuntut seseorang
untuk mengikuti apa yang dibawa oleh Rosulullah saw. Fondasi kedua ini diambil
dari kalimat “ ashadu anna Muhammadan Rosulullah “.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Adapun
Alasan kenapa dua perkara tersebut disebut ASHLUL ISLAM / fondasi keislaman adalah karena
alasan-alasan berikut ini :
1.
Karena hal ini disepakati
oleh semua para nabi. Ajaran tauhid ini disepakati oleh semua para Nabi dan
Rosul, bahkan ini adalah inti ajaran para nabi. sebagaimana Firman Allah Ta’ala Q.S. Al
anbiya : 25, Allah SWT mengatakan :
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا
نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
“ dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun
sebelum engkau melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada
Tuhan (yang hak disembah) selain Aku, Maka sembahlah aku saja".
Jadi, berdasarkan
ayat ini semua nabi/Rosul mendapat ajaran yang sama dari Allah, yaitu La ilaha
illallah. ajaran yang disepakati oleh para nabi inilah yang disebut dengan
“ashlul islam”/ pokok dasar islam
2. Karena Tauhid ini menjadi inti perjanjian para Nabi dan Rosul.
Sedangkan Allah tidak mengambil perjanjian kepada para nabi kecuali perkara yang
sangat penting. Tauhid ini menjadi isi
perjanjian para nabi dengan Allah. Bahwasanya para nabi mendapat tugas untuk
mengemban risalah ini. Tentang perjanjian ini Allah
berfirman Q.S Al Ahzab : 7
وَإِذْ أَخَذْنَا مِنَ النَّبِيِّينَ مِيثَاقَهُمْ وَمِنْكَ
وَمِنْ نُوحٍ وَإِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَأَخَذْنَا
مِنْهُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا
“dan (ingatlah) ketika Kami
mengambil Perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim,
Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka Perjanjian yang
teguh“.
Ayat ini
menjelaskan tentang perjanjian Allah dengan para nabi. Sedangankan isi
perjanjiannya itu adalah tentang perintah menyampaikan dan menegakkan ajaran
Tauhid, sebagaimana yang dijelaskan kembali oleh Allah Q.S As Syura : 13
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا
وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى
وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ
“ Allah telah
mensyari'atkan bagi kalian dari Dien
ini apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan
kepadamu, dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu:
Tegakkanlah Dien ini, dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.
Jadi, inti
perjanjian para Nabi dan Rosul dengan Allah adalah perintah menegakkan “ La
ilaha illallah”. Perjanjian inilah yang disebut dengan istilah “The Greatest
Commandemant“ yang artinya Wasiat Tuhan yang paling tinggi.
Perjanjian ini juga disebut dengan istilah “mitsaqan ghalidha” yang
artinya perjanjian yang sangat kokoh.
Karena tauhid ini
menjadi inti perjanjian para Nabi maka tauhid ini disebut Ashlul Islam
3. Karena ajaran Tauhid adalah ajaran Yang didakwahkan dan diperjuangkan
oleh semua Rosul. Bahkan Tauhid ini menjadi
poros dari roda dakwah para nabi dan rosul yang mana maknanya adalah ibadah
kepada Allah saja dan jauhi Thaghut. Q.S An Nahl : 36, Allah berkata
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ
اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“ dan sungguh, telah
Kami utus pada tiap-tiap umat itu seorang Rasul, (masing-masing Rosul berkata
kpd umatnya): " Sembahlah Allah (saja), dan jauhi Thaghut",
Yang menjadi
poros dari roda dakwah dan perjuangan para nabi berdasarkan ayat ini adalah La
ilaha illallah. Karna hal ini, ia dinamakan ashlul islam/fondasi keislaman.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
4.
Karena Tauhid adalah kewajiban yang
pertama kali ditetapkan atas manusia. Tauhidullah
adalah hak Allah atas hamba-hambanya.
Kewajiban pertama yang ditetapkan atas manusia adalah syahadat lailahaillallah/
mentauhidkan Allah dan syahadat Risalah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
oleh Bukhari-Muslim dari Ibnu Umar
امِرْتُ
اَنْ اُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا اَنْ لاَ اله الا الله, وَاَنَّ
مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ, وَيُقِيْمُوا الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ,
وَاِذاَ فَعَلُوا
ذَالِكَ
عَصَمُوا مِنِّى دِمَاءَهُمْ وَاَمْوَالَهُم اِلاَّ بِحَقِّ لاسْلاَمِ
وَحِسَابُهُم عَلىَ اللهِ تَعَالىَ رواه البخاري ومسلم
"saya
diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa La ilaha illallah dan Muhammad adalah Rosulullah, mereka mendirikan sholat, dan menunaikan zakat. Dan apabila mereka telah
melaksanakannya, mereka telah menjaga darah dan harta mereka dari ku kecuali
dengan hak Islam. Dan perhitungannya atas Allah Ta’ala “ ( HR Bukhari dan Muslim )
Begitu juga
hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari sahabat
Ibnu Abbas RA bahwa Rosulullah mengutus Muadz bin Jabal untuk menjadi
Ambassador dakwah di Negeri Yaman, sebelum Rosul mengirim duta dakwah tersebut,
Rosulullah berpesan kepadanya :
اِنَّكَ
َتَأتِى قَوْمًا مِنْ اَهْلِ الكِتَابِ, فَليَكُنْ اَوَّلَ مَاتَدْعُوْهُمْ
اِلَيْهِ شَهَادَةُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهِ, وَفِي رِوَايَةٍ اِلىَ
اَنْ يُوَحِّدُوا اللهَ
“Sesungguhnya
kamu ini akan mendatangai kaum dari ahli kitab, maka hendaklah yang pertama
kali kamu serukan kepada mereka ‘ syahadat la ilaha illallah’, dan dalam
riwayat lain disebutkan, supaya mereka mentauhidkan Allah ”
5. Karena Tauhid adalah hal yang pertama kali harus diketahui dan di
amalkan oleh manusia. sebelum seseorang mengetahui perkara yang lainnya, maka yang pertama kali harus ia ketahui adalah “ La ilaha illallah “. Ilmu yang pertama kali harus diketahui oleh manusia adalah tauhid. tentang
hal ini Allah berfirman Muhammad : 19
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ
لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
19. Maka ketahuilah,
bahwasanya la ilaha
illallah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang
mukmin, baik laki-laki maupun perempuan.
Jadi, hal pertama
yang harus diketahui adalah La ilaha illallah, yaitu memegang tauhid dan
meninggalkan kemusyrikan. Karena hal ini adalah perkara yang sangat penting.
Begitu juga yang pertama kali harus diajarkan kepada manusia adalah tauhid. Tauhid
adalah ilmu yang pertama kali harus diajarkan kepada manuisa. Karena inil yang pertama
kali harus diketahui, maka perkara inilah yang pertama kali harus diajarkan.
Oleh karena itu yang pertama kali diajarkan Luqman Hakim kepada anaknya adalah
memegang tauhid dan meninggalkan kemusyrikan, Q.S Luqman : 13 Allah menjelaskan
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ
يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
13. dan
(ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Jadi, Tauhid
adalah perkara yang harus diketahui dan diajarkan pertama kali, sebelum seseorang
belajar ilmu yang lainnya.
6.
Tauhid merupakan syarat minimal seseorang disebut muslim. Dalam artian orang tidak disebut seorang muslim kecuali
ia memegang tauhid. Karna Allah memberi nama “muslim” hanya bagi
orang-orang yang bertauhid/orang yang mengabdikan hidupnya hanya kepada Allah
saja dan tidak menyekutukan-Nya. Ajaran tauhid inilah ajaran yang dibawa oleh
Bapak Spiritual kita, Nabi Ibrahim. Karena itu Ajaran tauhid ini juga dinamakan
“millah Ibrahim”. Dan dengan memegang ajaran Tauihid ini/millah Ibrahim ini
seseorang layak menyandang nama “muslim”. Tentang Hal ini Allah Firman Q.S Al
Hajj : 78
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِلَّةَ
أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ
“dan Allah
tidak menjadikan bagimu didalam Dien ini sesuatu yang menyusahkan, ini millah orang tuamu Ibrahim. (yang mana) (Allah) memberi nama kalian orang-orang Muslim”
Jadi dengan memegang
tauhid ini, seseorang disebut sebagai muslim. Karena hal ini kalimat La
ilaha illallah menjadi kunci Islam. Karena hal inilah La ilaha Illallah
menjadi ashlul islam/fondasi keislaman.
بارك
الله لي ولكم في القران العظيم , ونفعني وايّاكم بمافيه من الايات والذكر الحكيم
وتقبل الله منا ومنكم تلاوته انه هو الغفور الرحيم,
KHUTBAH KEDUA
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
اَشْهَدُ انْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ الله , وَحْدَهُ
لاَشَرِيْكَ لَه
Saya bersaksi
bahwa tidak ada Ilah (yang haq) selain Allah, Yang tidak ada sekutu baginya. Ini adalah sebuah kesaksian terhadap Sebuah
kalimat yang dengannya bumi dan langit menjadi ada. Karena
kalimat inilah seluruh mahluq diciptakan, dan dengannya pula, Allah menurunkan
kitab2-Nya, Mengutus para rosul-Nya dan menetapkan syari’at-Nya. Karenanya
pula timbangan ditegakkan, catatan amal diletakkan, dan taman surga serta api neraka menjadi ada. Sebuah kalimat yang membagi
manusia menjadi dua golongan antara muslim dan kafir. Karena kalimat ini dan hak-haknya terjadi
pertanyaan dan jawaban, Karenanya juga pahala dan siksa menjadi ada. Diatas
kalimat ini syariat ditegakkan, dan Qiblat ditetapkan. Dan diatasnya pula Millah para Nabi ini dibangun. Dan karena kalimat ini, dakwah
diperintahkan dan pedang-pedang jihad terhunus. Dan ini merupakan haq khusus bagi Allah atas hamba-hamba-Nya.
Karena itu, pada khutbah kedua ini khatib mengajak
kepada jama’ah sekalian untuk memegang teguh dan selalu komitmen dangan makna
kandungannya. Yang dengan memegang kalimat ini seseorang disebut muslim,
sebagaimana Firman Allah Ta’ala Q.S Ali Imran : 64
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ
إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا
أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا
مُسْلِمُونَ
“ Katakanlah
(muhammad): "Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kalian, bahwa kita tidak
menghambakan diri kecuali kepada Allah dan kita tidak mempersekutukan_Nya dengan
sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai
tuhan- tuhan selain Allah". jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada
mereka: "Saksikanlah, bahwa Kami adalah orang-orang yang berserah diri
(kepada Allah)"
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وياقاضي
الحاجة
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِيْ أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَصْلِحْ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ وَوَفِّقْهُمْ لِلْعَمَلِ بِمَا فِيْهِ صَلاَحُ اْلإِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ.
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِنَا مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
فيا
عباد الله، إن الله يأمر بالدل والأحسان وإتآئ ذي القربا وينهى عن الفحشآء والمنكر
والبغي يعظكم لعلكم تذكرون، ولذكرالله أكبر ، أقم الصلاة